Kesehatan Mental di Kalangan Mahasiswa Tingkat Akhir

 

 

Kesehatan Mental di Kalangan Mahasiswa Tingkat Akhir 

Perubahan Kebiasaan dan Tekanan di Kalangan Mahasiswa Tingkat Akhir Menjadi Pemicu Meningkatnya Masalah Kesehatan Mental

 

Surabaya, 25 Januari 2024

All Group Health Communication Team 2

 


Kesehatan mental merupakan aspek utama dalam menentukan kesehatan individu. Kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan (well-being) dimana individu dapat merealisasikan kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya (WHO, 2013).

Belakangan ini isu kesehatan mental menjadi topik hangat bagi publik. Kesehatan mental menjadi salah satu masalah yang sampai saat ini belum menemukan titik terang untuk mengatasinya. Ada begitu banyak keresahan, kebimbangan, dan kekhawatiran yang terus menghantui diri suatu individu, terutama mahasiswa yang akhirnya berujung kepada masalah kesehatan mental. Mengapa mahasiswa? Karena pada saat memasuki bangku perkuliahan mahasiswa sedang memasuki fase quarter life crisis.

Begitu banyak kisah haru dari mahasiswa tingkat akhir. Mengutip dari berbagai sumber setidaknya ada beberapa aksi bunuh diri yang dilakukan mahasiswa tingkat akhir karena masalah depresi. Mahasiswa tingkat akhir yang sedang menempuh tugas akhir tidak lepas dari kejenuhan. Mahasiswa merasakan kejenuhan karena adanya hambatan-hambatan dalam proses pengerjaan tugas akhir. Hal inilah yang kemudian menjadikan mahasiswa terkadang sulit dalam mengontrol diri untuk fokus dalam mengerjakan penugasan akhir.

Berdasarkan laman data Databoks jumlah kasus bunuh diri di Indonesia mencapai 971 kasus per-Oktober 2023, angka ini naik sebanyak 71 kasus dari tahun sebelumnya.

 

Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa adanya tekanan besar yang dialami oleh para mahasiswa. Depresi dan kurangnya komunikasi antara korban dan orang-orang di sekitarnya diduga menjadi faktor terbesar yang mengakibatkan mereka melakukan aksi bunuh diri.

Dalam sebuah ulasan disampaikan bahwa bimbingan, ujian proposal, dan ujian hasil membuat beberapa mahasiswa merasa terbebani dan stress hingga merasakan burnout akademik. Sebagian mahasiswa menganggap bahwa skripsi merupakan momok yang menakutkan bahkan dirasa berat jika mengerjakan skripsi atau tugas akhir. Hal ini jika ditambah dengan berbagai kondisi lainnya seperti mengulang mata kuliah yang sebelumnya tidak lulus dan bekerja di luar jam kuliah dapat memicu permasalahan akademik. Oleh karenanya mengerjakan skripsi atau tugas akhir dapat menjadi permasalahan akademik untuk mahasiswa. Permasalahan akademik yang tidak terselesaikan, tentunya dapat menyebabkan burnout pada mahasiswa.

Selain masalah tersebut, mahasiswa juga memungkinkan memiliki masalah pribadi seperti masalah pada keluarga ataupun masalah administrasi lainnya yang menyebabkan terhambatnya proses dalam mengerjakan skripsi. Dalam situasi inilah perlu adanya support sebagai pemberian dukungan kepada diri sendiri maupun individu lainnya. Menjaga kesehatan mental bisa dilakukan dengan suatu hal kecil, ini lah yang perlu diketahui para mahasiswa agar mampu menjaga kesehatan mental sendiri.

Selain keadaan mental, keseharian hidup mahasiswa juga bisa terpengaruh. Mahasiswa merasa bahwa terjadi perubahan - perubahan pada diri mereka seperti hilangnya keinginan untuk melakukan rutinitas, berubahnya tatanan kehidupan seperti pola tidur yang berantakan, sensitif terhadap sesuatu, emosi yang kurang stabil, dll. Hal ini sejalan dengan penelitian yang mengungkapkan bahwa burnout dapat berpengaruh kepada keseharian seseorang. Faktor internal dalam diri sendiri dapat berupa self reward, penyemangat dari diri sendiri, dan melakukan usaha-usaha untuk menghindari stressor. Faktor eksternal dari orang lain dapat berupa hiburan maupun menghubungi tenaga ahli seperti psikolog ataupun psikiatri jika dirasa sangat dibutuhkan.

 

 

Sedikit solusi yang dapat kami sarankan untuk menghadapi masalah terkait cara mengatasi stres diantaranya:

1.        Melakukan hal yang positif, seperti menjalani hobi atau melakukan kegiatan yang menyenangkan

2.        Olahraga yang cukup

3.        Konsumsi makanan bergizi

4.        Tidur yang teratur

5.        Me time atau healing

Kesehatan Mental saat ini menjadi titik fokus di Indonesia yang akhirnya dijadikan topik pembahasan dalam kegiatan dari “Teknologi pengembangan Media Komunikasi kesehatan”. Kegiatan ini merupakan kolaborasi dari mahasiswa semester 7 dan semester 3 dalam mata kuliah Komunikasi Kesehatan  S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Dalam mata kuliah ini mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat mengembangkan dalam kegiatan Live Showcase dengan  mengangkat Tema “Mental Health Society: Amplifying, Awareness, Nurturing Minds“.


Acara Live Showcase ini diselenggarakan di Cafe Fastron Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dengan beragam penampilan dari mahasiswa semester 7 dan 3 dengan membawakan berbagai penampilan yang menarik dan pembahasan hingga evaluasi bersama para dosen pengampu mata kuliah sebagai penilaian terhadap penampilan para mahasiswa saat Showcase.

Dari penampilan tersebut menjadikan sebuah cara serta media yang digunakan untuk menyampaikan mengenai “Mental Health Society: Amplifying, Awareness, Nurturing Minds” sebagai upaya komunikasi kesehatan terhadap masyarakat dan Promosi Kesehatan masyarakat.


 

 

Komentar

Postingan Populer